Pertimbangan-Pertimbangan Ketika Memilih Rumah
"Apa yang Paling Penting sebelum membeli Rumah atau mengontrak rumah atau menyewa kos-kosan?"
Sebelum membahas pertanyaan di atas mari kita simak cerita berikut ini:
Dalam kitab Tarikh Baghdad Imam Khathib al Baghdady menceritakan tentang seorang ulama bernama Abu Hamzah Assukkary (wafat 167 H) punya seorang tetangga yang ingin menjual rumahnya, lalu ada orang yang menawarnya ingin membeli rumah tersebut. "berapa harga rumah ini akan dijual?"
Sang empu rumah menjawab:"harganya 4000 dirham, 2000 untuk harga rumah dan 2000 lagi harga sebagai tetangga Abu Hamzah".
Lalu hal ini sampai ke telinga Abu Hamzah, lalu beliaupun mengirimkan uang sebanyak 4000 dirham kepada tetangganya dan berkata; :"ambillah uang ini dan jangan engkau jual rumahmu".
Mungkin kita akan bertanya kenapa tetangga Abu Hamzah sampai menilai bertetangga dengan beliau dinilai sama harganya dengan harga sebuah rumah? tentunya kita akan dengan mudah menjawab bahwa hal ini karena kebaikan yang luar biasa Abu Hamzah kepada tetangga dan keshalihan beliau.
Dari cerita di atas mungkin kita bisa menyimpulkan sedikit
apa sih yang sangat penting sebelum membeli Rumah atau mengontrak rumah atau menyewa kos-kosan.
Biasanya, kalau orang mau membeli rumah ada beberapa hal yang diprioritaskan mulai dari segi Harga, lokasi dan Prospek ke depannya.
Berbicara tentang lokasi tentu saja di antaranya orang akan memikirkan apakah air tanahnya bersih, kalau musim kemarau apakah air tanahnya tidak kering? Kalau musim hujan apakah lokasinya bebas banjir? Karena tidak ada air juga susah, terlalu banyak air juga kebanjiran. Terus apakah lokasinya dekat dengan tempat kerja atau dekat dengan kampus, dekat dengan sekolahan anak, dekat dengan pasar untuk berbelanja, dan kalaupun akan dijual harganya akan naik dengan harga yang sangat menguntungkan. namun sekali lagi kalau kita berkaca kepada hadits Nabi maka yang paling penting itu adalah tetangganya yang seperti apa. dan tentu saja tetangga yang baik dan shalih.
Dalam satu hadits diriwayatkan Nabi bersabda:
الجار قبل الدار والرفيق قبل الطريق والزاد قبل الرحيل
"Pilihlah tetangga sebelum membangun atau membeli rumah, pilihlah teman sebelum bepergian, dan persiapkan bekal sebelum melakukan perjalanan"
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda;
قال صلى الله عليه وسلم إن من سعادة المرء المسلم المسكن الواسع والجار الصالح والمركب الهني
"Di antara kebahagiaan seorang muslim itu adalah punya rumah yang luas, tetangga yang shalih dan kendaraan yang nyaman"
Muslim bin Yasar berkata: "aku tidak pernah menginginkan mempunyai yang orang lain miliki dalam hal dunia kecuali dalam tiga hal : punya tetangga yang baik, rumah yang luas dan isteri yang shalehah"
Dalam hadits lain diriwayatkan:
وقال عبد الله قال رجل يا رسول الله كيف لي أن أعلم إذا أحسنت أو أسأت قال إذا سمعت جيرانك يقولون قد أحسنت فقد أحسنت وإذا سمعتهم يقولون قد أسأت فقد أسأت
Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah: "bagaimana caranya mengetahui kalau aku ini orang baik atau tidak?" beliau menjawab: "kalau kamu mendengar tetanggamu berucap bahwa kamu telah berbuat baik maka kamu adalah orang baik, dan kalau kamu mendengar mereka berkata kamu berbuat jahat maka kamu adalah orang jahat"
Di dalam kitab Tanbihul Ghafilin disebutkan salah satu doa Nabi Dawud adalah berlindung dari tetangga yang jahat yang berbunyi sebagai berikut:
أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَلَدٍ يَكُونُ عَلَيَّ سَيِّدًا، وَمِنَ امْرَأَةٍ تُشَيِّبُنِي قَبْلَ وَقْتِ الْمَشِيبِ، وَمِنْ مَالٍ يَكُونُ وَبَالًا عَلَيَّ، وَمِنْ جَارٍ لَوْ رَأَى مِنِّي حَسَنَةً كَتَمَهَا، وَلَوْ رَأَى مِنِّي سَيِّئَةً أَفْشَاهَا.
Marilah kita tutup dengan sebuah cerita yang mirip dengan cerita di atas namun agak sedikit berbeda yang dikutip dari kitab Rabi' al Abrar karya Az-Zamakhsyari:
Abul Jahm al Adawy pernah ingin menjual rumah yang bertetangga dengan Said bin Ash seharga 100 ribu dirham.
ketika pembeli sudah membayarnya beliau berkata kepadanya; "ini baru harga rumah, mana harga bertetangga?"
pembeli bertanya: "bertetangga apaan?"
kata beliau: "bertetangga dengan Said bin Ash".
pembeli menjawab: "memang bertetangga itu ada harganya dan bisa dijual?"
beliau berkata: "kalau begitu, kembalikan rumahku dan ambil uangmu, aku tidak akan meninggalkan bertetangga dengan seseorang yang kalau aku duduk dia akan menanyai aku, dan kalau melihatku akan menyapaku, dan kalau aku sedang pergi dia akan menjaga rumahku, dan kalau aku ada bersamanya maka dia akan duduk dekat denganku, kalau aku meminta sesuatu dia akan menunaikannya, kalau aku tidak meminta maka dia akan menanyai apa yang aku perlukan, dan kalau aku ditimpa musibah dia akan menghilangkan kedukaanku."
Beberapa waktu kemudian kabar ini sampai kepada Said, lalu beliau mengirimkan kepada Abul Jahm uang sebanyak 100 ribu dirham dan berkata: "ini harga rumahmu, dan rumah itu aku berikan untukmu"
Sebelum membahas pertanyaan di atas mari kita simak cerita berikut ini:
Dalam kitab Tarikh Baghdad Imam Khathib al Baghdady menceritakan tentang seorang ulama bernama Abu Hamzah Assukkary (wafat 167 H) punya seorang tetangga yang ingin menjual rumahnya, lalu ada orang yang menawarnya ingin membeli rumah tersebut. "berapa harga rumah ini akan dijual?"
Sang empu rumah menjawab:"harganya 4000 dirham, 2000 untuk harga rumah dan 2000 lagi harga sebagai tetangga Abu Hamzah".
Lalu hal ini sampai ke telinga Abu Hamzah, lalu beliaupun mengirimkan uang sebanyak 4000 dirham kepada tetangganya dan berkata; :"ambillah uang ini dan jangan engkau jual rumahmu".
Mungkin kita akan bertanya kenapa tetangga Abu Hamzah sampai menilai bertetangga dengan beliau dinilai sama harganya dengan harga sebuah rumah? tentunya kita akan dengan mudah menjawab bahwa hal ini karena kebaikan yang luar biasa Abu Hamzah kepada tetangga dan keshalihan beliau.
Dari cerita di atas mungkin kita bisa menyimpulkan sedikit
apa sih yang sangat penting sebelum membeli Rumah atau mengontrak rumah atau menyewa kos-kosan.
Biasanya, kalau orang mau membeli rumah ada beberapa hal yang diprioritaskan mulai dari segi Harga, lokasi dan Prospek ke depannya.
Berbicara tentang lokasi tentu saja di antaranya orang akan memikirkan apakah air tanahnya bersih, kalau musim kemarau apakah air tanahnya tidak kering? Kalau musim hujan apakah lokasinya bebas banjir? Karena tidak ada air juga susah, terlalu banyak air juga kebanjiran. Terus apakah lokasinya dekat dengan tempat kerja atau dekat dengan kampus, dekat dengan sekolahan anak, dekat dengan pasar untuk berbelanja, dan kalaupun akan dijual harganya akan naik dengan harga yang sangat menguntungkan. namun sekali lagi kalau kita berkaca kepada hadits Nabi maka yang paling penting itu adalah tetangganya yang seperti apa. dan tentu saja tetangga yang baik dan shalih.
Dalam satu hadits diriwayatkan Nabi bersabda:
الجار قبل الدار والرفيق قبل الطريق والزاد قبل الرحيل
"Pilihlah tetangga sebelum membangun atau membeli rumah, pilihlah teman sebelum bepergian, dan persiapkan bekal sebelum melakukan perjalanan"
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda;
قال صلى الله عليه وسلم إن من سعادة المرء المسلم المسكن الواسع والجار الصالح والمركب الهني
"Di antara kebahagiaan seorang muslim itu adalah punya rumah yang luas, tetangga yang shalih dan kendaraan yang nyaman"
Muslim bin Yasar berkata: "aku tidak pernah menginginkan mempunyai yang orang lain miliki dalam hal dunia kecuali dalam tiga hal : punya tetangga yang baik, rumah yang luas dan isteri yang shalehah"
Dalam hadits lain diriwayatkan:
وقال عبد الله قال رجل يا رسول الله كيف لي أن أعلم إذا أحسنت أو أسأت قال إذا سمعت جيرانك يقولون قد أحسنت فقد أحسنت وإذا سمعتهم يقولون قد أسأت فقد أسأت
Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah: "bagaimana caranya mengetahui kalau aku ini orang baik atau tidak?" beliau menjawab: "kalau kamu mendengar tetanggamu berucap bahwa kamu telah berbuat baik maka kamu adalah orang baik, dan kalau kamu mendengar mereka berkata kamu berbuat jahat maka kamu adalah orang jahat"
Di dalam kitab Tanbihul Ghafilin disebutkan salah satu doa Nabi Dawud adalah berlindung dari tetangga yang jahat yang berbunyi sebagai berikut:
أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَلَدٍ يَكُونُ عَلَيَّ سَيِّدًا، وَمِنَ امْرَأَةٍ تُشَيِّبُنِي قَبْلَ وَقْتِ الْمَشِيبِ، وَمِنْ مَالٍ يَكُونُ وَبَالًا عَلَيَّ، وَمِنْ جَارٍ لَوْ رَأَى مِنِّي حَسَنَةً كَتَمَهَا، وَلَوْ رَأَى مِنِّي سَيِّئَةً أَفْشَاهَا.
Marilah kita tutup dengan sebuah cerita yang mirip dengan cerita di atas namun agak sedikit berbeda yang dikutip dari kitab Rabi' al Abrar karya Az-Zamakhsyari:
Abul Jahm al Adawy pernah ingin menjual rumah yang bertetangga dengan Said bin Ash seharga 100 ribu dirham.
ketika pembeli sudah membayarnya beliau berkata kepadanya; "ini baru harga rumah, mana harga bertetangga?"
pembeli bertanya: "bertetangga apaan?"
kata beliau: "bertetangga dengan Said bin Ash".
pembeli menjawab: "memang bertetangga itu ada harganya dan bisa dijual?"
beliau berkata: "kalau begitu, kembalikan rumahku dan ambil uangmu, aku tidak akan meninggalkan bertetangga dengan seseorang yang kalau aku duduk dia akan menanyai aku, dan kalau melihatku akan menyapaku, dan kalau aku sedang pergi dia akan menjaga rumahku, dan kalau aku ada bersamanya maka dia akan duduk dekat denganku, kalau aku meminta sesuatu dia akan menunaikannya, kalau aku tidak meminta maka dia akan menanyai apa yang aku perlukan, dan kalau aku ditimpa musibah dia akan menghilangkan kedukaanku."
Beberapa waktu kemudian kabar ini sampai kepada Said, lalu beliau mengirimkan kepada Abul Jahm uang sebanyak 100 ribu dirham dan berkata: "ini harga rumahmu, dan rumah itu aku berikan untukmu"
Komentar
Posting Komentar